Abstrak
Resource Description and Access (RDA) was developed as a new generation
cataloguing code, designed for digital world. It provides a set of guidelines
and instructions for the description of all types of resources, including
analogue, digital and online. The descriptions will be usable in digital
environment, in web based catalogues, and in resource discovery services. The National Library
of Australia (NLA) fully implemented RDA in March 2013 after 4 years of
preparation. Up to present, nearly 7500 Indonesian records comprising
monographs, serials, electronic resources, and ephemera have been catalogued by
the NLA through its office in Jakarta and can be accessed in NLA’s catalogue
and World Cat. This presentation provides an overview of the theoretical
framework of RDA and its underlying structure, Functional Requirement of
Bibliographic Records (FRBR). Essential differences between RDA and AACR2 are
also outlined. This includes examples of RDA cataloguing practice for
Indonesian titles held by the National Library of Australia.
Pendahuluan
RDA adalah
standar pengatalogan baru yang menggantikan AACR2 yang mulai diperkenalkan pada
tahun 2010 dan secara resmi diimplementasikan pada bulan Maret 2013. Perluya
perubahan dalam standar pengatalogan sudah dirintis sejak diselenggarakannya International
Conference on Principles and Future of Development of AACR2 di Toronto, Canada
pada tahun 1997. Perubahan ini didasari pada kebutuhan perlunya sebuah standar
pengatalogan yang dapat merespon perkembangan pesat dunia informasi. Tantangan
dunia bibliografi kini tidak hanya terletak pada munculnya beragam bentuk baru
informasi dan media penyimpanannya tetapi juga keterkaitan konten antara satu
karya dengan karya lainnya. Ada dua persoalan utama dalam AACR2 yang mengemuka
dan memicu perdebatan di kalangan pustakawan, yang pertama adalah permasalahan
struktur AACR2 untuk pendeskripsian konten dan format yang dianggap kurang
fleksibel terhadap format media penyimpanan yang semakin kompleks. Yang kedua
adalah relevansi peran AACR2 yang dilahirkan di era katalog kartu dalam
perkembangan jagat informasi online saat ini.
Pada bulan April
2005, Joint Steering Committee for the Revision of AACR (JSC) dan organisasi
induknya, Committee of Principals (CoP) menerima banyak masukan dari hasil peninjauan
draft revisi part I AACR3 yang pada intinya agar mengubah pendekatan dalam
melihat struktur revisi AACR3.Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif, JSC
akhirnya memutuskan untuk menyusun standar pengatalogan baru yang berisi
panduan dan instruksi untuk pembuatan deskripsi dan akses untuk materi analog
maupun digital. Pemberian nama baru, RDA – Resource Description and Access,
secara jelas merefleksikan perubahan tersebut.
Perkembangan RDA di Konteks Internasional
Sejak pertama
kali diluncurkan pada tahun 1978, AACR2 telah mengalami beberapa kali revisi. Pada
International Conference on Principles and Future of Development of AACR2, para
ahli pengatalogan mengidentifikasi adanya permasalahan substansial yang tidak
bisa diatasi hanya dengan melakukan berbagai revisi. Fakta tersebut mendorong
Joint Steering Committee (JSC) melakukan penataan ulang secara fundamental agar
standar pengatalogan dapat merespon tantangan dan peluang dunia digital.
AACR2 terdiri
bab-bab khusus yang mengatur standar pengatalogan untuk monograf, terbitan
berseri, rekaman suara, gambar bergerak, dan lain sebagainya. Perbedaan jenis pustaka
kini semakin bias seiring perkembangan teknologi informasi dan multimedia.
Banyak terminologi AACR2 masih merefleksikan era katalog kartu, misalnya
“heading”, “main entry”, dan “item in hand”. Memodifikasi istilah sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini dianggap belum cukup untuk menjadikan AACR2
relevan dengan dunia digital.
RDA dikembangkan
oleh Joint Steering Committee (JSC) for Development of RDA yang merupakan
representasi dari American Library Association, Australian Committee on Cataloguing,
British Library, Canadia Committee on Cataloguing, Chartered Institute of
Library and Information Professionals, dan Library of Congress. Sedangkan badan
yang mensupervisi proyek pengembangan RDA secara keseluruhan adalah The
Committee of Principals (CoP) yang terdiri dari institusi-institusi tersebut di
atas plus Library and Archives Canada. Proyek ini juga melibatkan
Co-Publishers, yakni American Library
Association, Canadian Library Association, dan Chartered Institute of Library and Information Professionals yang
bertugas memberikan dukungan untuk masalah finansial dan produksi.
Kemunculan RDA
didorong oleh adanya fakta bahwa perpustakaan kini beroperasi dalam dunia
digital dan berbasis web yang membuat hubungan antara kreator metadata dan pengguna
di luar perpustakaan menjadi semakin penting. Oleh karena itu, pengembangan RDA
dilakukan secara kolaboratif dan melibatkan banyak pihak, antara lain, Dublin
Core dan komunitas web semantik untuk membandingkan model konseptual dan
standar yang digunakan, Library of Congress Network Development and MARC
Standards Office untuk memastikan kompatibilitas RDA dengan MARC21, IFLA
Cataloguing Section untuk menjamin harmonisasi RDA dengan standar pengatalogan
internasional, dan komunitas penerbitan yang telah memiliki daftar terminologi
alat berdasarkan standar ONIX yang digunakan untuk dunia penerbitan maupun
perpustakaan.
RDA dan FRBR
Akronim “FRBR” merupakan singkatan
dari Functional Requirements for Bibliographic Records. FRBR dikembangkan oleh
International Federation of Library Associations (IFLA) Study Group
(1992-1997). IFLA terus memonitor penerapan FRBR dan mempromosikan
penggunaannya. (IFLA) secara resmi mulai memperkenalkan FRBR pada International
Conference on Principles and Future of Development of AACR2 tahun 1997. Sejak
saat itu, posisi FRBR sebagai sebuah kerangka teori semakin signifikan dalam
pengembangan standar pengatalogan. FRBR adalah model konseptual yang menjadi
fondasi dasar RDA karena itu, penting bagi kita untuk mengerti konsep FRBR sebelum
mempelajari RDA.
Dengan menggunakan model konseptual
FRBR sebagai fondasi dasarnya, RDA kini lebih dapat merespon perkembangan dunia
digital jauh lebih baik ketimbang pendahulunya, AACR2. Struktur RDA
menghubungkan lebih dekat elemen data dengan entitas FRBR (works, expressions,
manifestations, items) dan memberikan penekanan lebih kuat pada aspek user tasks, khususnya dalam hal
menemukan (to find), mengidentifikasi (to identify), memilih (to select), dan
mendapatkan (to obtain) koleksi yang diinginkan. RDA juga dapat mengelompokan
hasil penelusuran bibliografi berupa faset-faset untuk memperlihatkan hubungan
(relationships) antara suatu hasil karya dengan penciptanya, edisi-edisi,
revisi-revisi, atau format-format dari satu hasil karya yang sama. Dengan
demikian, RDA berfungsi sebagai standar pengatalogan yang lebih fleksibel untuk
mendeskripsikan semua jenis materi analog dan digital. Katalog yang dibuat
berdasarkan RDA dapat beradaptasi dengan kemunculan model atau struktur
database yang ada saat ini.
FRBR muncul
sebagai respon atas semakin meluasnya perkembangan kerja sama pengatalogan di
berbagai belahan dunia, gencarnya upaya penekanan biaya pengatalogan, dan
ketidakpuasan pengguna terhadap katalog saat ini yang dianggap belum memenuhi
kebutuhan mereka.
Mengenal Model Konseptual FRBR
Secara teori,
FRBR merupakan model konseptual hubungan antarentitas (entity relationship
model) yang menghubungkan lebih dekat prinsip user tasks dalam proses temu kembali dan akses dengan data
bibliografi. FRBR terdiri dari 3 grup di mana masing-masing grup terdiri dari
beberapa entitas:
·
Grup 1 adalah karya intelektual yang terdiri dari entitas Works, Expressions, Manifestations, Items
·
Grup 2 adalah pihak yang bertanggung jawab atas suatu karya yang
terdiri dari entitas Persons, Families,
Corporate Bodies
·
Grup 3 adalah subyek dari karya intelektual yang terdiri dari Concepts, Events, Events, Place
Masing-masing entitas
dideskripsikan dengan atribut dan hubungan antarentitas didefinisikan melalui konsep
relationships. Salah satu faktor
mengapa model FRBR dimunculkan adalah agar sistem perpustakaan dapat dapat
memperlihatkan hubungan antara satu karya dengan karya lainnya. Sebagai
contoh, pada sistem pengatalogan RDA, seorang pengatalog dapat menambahkan informasi
bahwa dalam trilogi novel “Lord of the ring”, “Fellowship of the ring” memiliki
sequel “The two towers”.
Grup 1 FRBR
Grup 1 FRBR adalah wilayah
pendeskripsian data bibliografi. Istilah work
dan expression mengacu pada karya intelektual
atau karya artistik dalam wujud yang masih abstrak, misalnya ide, konsep, alur
cerita, atau latar belakang dari suatu novel dan lain sebagainya. Sedangkan istilah
manifestation dan item mengacu perwujudan fisik maupun virtual
dari suatu karya intelektual, misalnya media, format, carrier, dan lain sebagainya. Pada dasarnya hubungan antara Work, Expression, Manifestation, dan Item
bukanlah sebuah struktur hirarkis melainkan sebuah urutan logis dari proses
penciptaan hasil karya intelektual yang digambarkan melalui model konseptual.
Work merepresentasikan konsep atau ide dari
karya intelektual atau artistik seseorang yang masih merupakan entitas abstrak,
misalnya novel karya Dewi “Dee” Lestari yang berjudul “Supernova”. Sedangkan Expression adalah realisasi dari suatu
karya dalam bentuk teks, alfanumerik, notasi musik, suara, gambar, objek, dan
lain-lain, sebagai contoh, teks novel “Supernova” yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris. Karya adaptasi dan derivatif lainnya juga termasuk dalam kategori ini.
Seperti halnya Work, Expression juga merupakan konsep abstrak.
Manifestation merepresentasikan perwujudan objek
fisik virtual yang memiliki karakteristik yang sama dalam hal kandungan
intelektual maupun bentuk fisiknya, misalnya seluruh edisi “Supernova” dalam
bahasa Inggris diterbitkan di Jakarta tahun 2010. Manifestation direpresentasikan dalam deskripsi bibliografi. Sedangkan
item adalah eksemplar atau single copy dari manifestation, misalnya,
apabila novel tersebut dikoleksi oleh perpustakaan yang diberikan barcode atau call number maka itu disebut sebagai item.
Grup 1 Model konseptual FRBR |
Sebagai contoh, jika novel “Supernova” dan karya derivatifnya kita analisis dengan menggunakan prinsip hubungan antar entitas Grup 1 FRBR, makan akan terlihat sebagai berikut:
Analisis novel Supernova dalam konsep FRBR |
Grup 2 FRBR
Grup 2 FRBR pihak-pihak bertanggung jawab atas penciptaan
karya intelektual atau artistik, produksi dan distribusi, serta kepemilikan eksemplar
atau copy. Entitas yang ada di dalam
Grup 2 terdiri dari Person, Family, dan
Corporate Body. Perlu dipahami bahwa Person
yang didefinisikan dalam deskripsi bibliografi belum tentu nama asli karena
adanya kemungkinan satu atau beberapa pseudonyms.
Attribut yang digunakan untuk pendeskripsian antara lain, tanggal kelahiran,
kematian, aktivitas, afiliasi, gelar, gender, tempat (kelahiran, kematian,
kediaman), bahasa, aktivitas, dan beberapa elemen data lainnya.
Pengertian Family adalah dua orang atau lebih yang
memiliki hubungan keluarga secara langsung maupun karena ikatan pernikahan,
adopsi, perserikatan atas dasar status hukum tertentu, atau mereka yang
menyatakan dirinya sebagai keluarga. Attribut yang digunakan untuk
pendeskripsian antara lain, jenis keluarga (klan, dinasti), tanggal yang
berasosiasi dengan keluarga, tempat kediaman, aktivitas, sejarah keluarga, dan
lain sebagainya.
Hubungan antara Grup 1 dan Grup 2 FRBR |
Sedangkan Corporate body didefinisikan sebagai
sebuah organisasi atau kelompok individu dan atau organisasi yang
mengidentifikasikan dirinya dengan nama khusus sebagai nama dari kesatuan atau
unit. Attribut yang digunakan untuk pendeskripsian, antara lain, tempat
(lokasi), tanggal (kapan mulai aktif), bahasa, alamat, aktivitas, sejarah,
status hukum, dan beberapa elemen data lainnya.
Grup 3 FRBR
Entitas Grup 3
terdiri dari Concept, Object, Event,
dan Place. Pengertian Concept di sini mengacu pada ide atau konsep
yang bersifat abstrak yang bisa diperluas atau dipersempit, misalnya teori,
teknik, proses, praktek, dan lain sebagainya. Object didefinisikan sebagai materi, baik bergerak maupun tidak
bergerak yang merupakan ciptaan manusia atau terjadi secara alamiah yang ada di
sekeliling kita, misalnya bangunan, kendaraan, dan tumbuhan. Event adalah tindakan atau kejadian yang
dijadikan subjek, misalnya kejadian sejarah, periodisasi waktu. Place diartikan sebagai sebuah lokasi
baik historis maupun saat ini, di bumi maupun tidak di bumi, misalnya kota,
sungai, gunung, planet, dan lain-lain.
RDA memberikan
penekanan pada beberapa hal, pertama, kaitan antara masing-masing entitas FRBR.
Kedua, hubungan antara satu karya intelektual dengan yang lainnya. Ketiga,
hubungan antara hasil karya dan penciptanya. Dan yang keempat adalah hubungan
antara person, family, dan corporate body.
Dari penjabaran
di atas dapat disimpulkan bahwa FRBR merupakan sebuah pendekatan teoritis yang memudahkan
kita memahami aspek-aspek penting dalam dunia bibliografi. Model konseptual ini
menggunakan terminologi baru untuk memperjelas komunikasi di antara para pustakawan
dan memastikan pengertian konsep pengatalogan dipahami secara luas. Konsep ini memungkinkan
pustakawan mendiskusikan masalah-masalah pengatalogan dengan menggunakan terminologi
dan pemahaman teoritis yang berlaku umum, khususnya ketika membandingkan data
tidak terstruktur dengan persepsi atau cara yang sama.
Perbedaan Pengatalogan Deskriptif pada RDA dan AACR2
Perubahan
mendasar RDA jika dibandingkan dengan AACR2 adalah RDA kini menggunakan sistem
kategorisasi yang menghapus GMDs (General Material Designations) dan SMDs
(Specific Material Designations) dan menggantinya dengan penambahan tiga field MARC
baru yaitu, 336 (content type), 337 (media type), dan 338 (carrier type). Untuk format elektronik, field 336, 337, 338
dapat membantu menerangkan lebih detail bahwa materi yang dikatalog adalah konten
digital dengan konten berupa gambar bergerak atau video.
Field 338 menjadi
kunci utama yang membedakan materi online resources dan CD-ROM. Jika yang
dikatalog adalah CD-ROM, maka pada field 338 pengatalog mencantumkan “computer
disc.” Dan pada field 300, yang perlu ditambahkan adalah informasi mengenai
konten CD-ROM, jenis file, dan system
requirements yang diperlukan (RDA 3.20.1.3).
Beberapa
perbedaan lain RDA dan AACR2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No.
|
RDA
|
AACR2
|
1
|
[Place of
publication not identified]
[Publisher not
identified].
|
[s.l.]
[s.n.]
|
2
|
Second edition
|
2nd
ed.
|
3
|
Mendefinisikan level deskripsi sebagai core element dan
other element
|
Membagi level
deskripsi menjadi minimum level, medium level, dan full level.
|
4
|
…
/ by Nancy Drew, Bess Marvin, George Fayne, and Ned Nickerson.
atau
…
/ by Nancy Drew [and three others]. Istilah [et al.] tidak lagi digunakan.
|
…
/ by Nancy Drew … [et al.].
|
5
|
300 $a 1
online resource
336 $a text
$2 rdacontent
336 $a
cartographic image $2 rdacontent
336 $a still
image $2 rdacontent
337 $a
computer $2 rdamedia
338 $a
online resource $2 rdacarrier
|
GMDs
|
7
|
Mencantumkan
punktuasi apa adanya
|
Mengubah
punktuasi “…” menjadi “-“
|
8
|
[Pages]
[Illustration]
[volumes]
|
[p.]
[ill.]
[v.]
|
Penerapan “rule
of three” AACR2 juga mengalami perubahan. Sebagai contoh, pada sebuah buku
terdapat 7 editor yang terdiri dari 2 general editor dan 5 co-editor. Jika pada AACR2 yang dapat
dicantumkan ke dalam “statement of responsibility” terbatas pada 2 general editor plus 1 co-editor, maka pada RDA semua editor
dapat dicantumkan. Peraturan RDA 2.4.1.5 menyebutkan tidak dicantumkannya
nama-nama diluar “rule of three” kini menjadi sebuah pilihan (optional
omission). Namun demikian, RDA lebih mengarahkan pengatalog untuk mencantumkan
semua nama. Nama-nama editor yang ada di “statement of responsibility” kemudian
dicantumkan lagi sebagai entri tambahan pada field 700 (added entry for
person). Meskipun titik akses untuk editor tidak menjadi penting dalam RDA,
jika kebijakan pengatalogan perpustakaan memilih untuk mencantumkan nama
editor, maka tidak ada batasan berapa banyak nama yang boleh dicantumkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada field 700 ada penambahan kata
“editor” pada subfield $e (relator term). Subfield $e adalah “relationship
designator” pada field-field yang menjadi titik akses untuk menunjukkan
hubungan antara entities yang dicantumkan dengan bahan yang sedang dikatalog.
Konsep main entry yang biasa digunakan pada AACR
tidak lagi diterapkan pada sistem katalog online maupun RDA. Meskipun demikian,
preferred access point tetap
dibutuhkan untuk entitas work dan expression khususnya ketika membuat sitasi
bibliografi dan kolokasi work dan expression pada sistem katalog online.
Pada section 2 RDA terdapat instruksi yang menjelaskan tentang cara
mengkonstruksi preferred access point
untuk merepresentasikan entitas work
dan expression.
Berikut adalah contoh
katalog RDA dalam format MARC untuk koleksi CD-ROM yang dikatalog oleh National
Library of Australia:
Catalog view: http://catalogue.nla.gov.au/Record/6289063 |
Struktur RDA
RDA dibangun di
atas fondasi Anglo-American Cataloguing Rules (AACR) yang terdiri dari
seperangkat instruksi dan panduan lengkap untuk pembuatan deskripsi dan akses
ke sumber informasi yang mencakup semua jenis konten dan media. RDA
mengatur pencantuman attribute untuk
masing-masing entitas FRBR (work, expression, manifestation, dan item) dan mendefinisikan
(relationship) antar entitas dengan penanggung jawab intelektualnya (person,
family, dan corporate body).
Implementasi RDA
bertujuan, antara lain, pertama, sebagai kerangka kerja yang lebih fleksibel
untuk mendeskripsikan semua jenis materi analog dan digital. Kedua, menyajikan
data yang dapat beradaptasi dengan struktur database yang beragam. Dan yang
ketiga, tampilan data yang kompatibel dengan sistem katalog online saat ini. Sebagaimana
yang dinyatakan dalam bab Introduction RDA,
pembuatan data bibliografi dengan menggunakan RDA dapat membantu user dalam menjalankan fungsi:
- To find – menemukan informasi sesuai
dengan kriteria pencarian
- To identify – mengidentifikasi hasil
pencarian berdasarkan karakteristik entitas
- To select – memilih versi tertentu dari
satu hasil karya
- To obtain – mendapatkan akses ke koleksi
yang diinginkan
Struktur RDA
terdiri dari 10 section. Section 1-4 berfokus pada pencantuman elemen data dari
atribut-atribut dari setiap entitas FRBR, sedangkan section 5-10 berfokus pada
pencantuman hubungan atau relationship antar masing-masing entitas.
Recording attributes
Section 1 –
Recording attributes of Manifestation and Item
Section 2 –
Recording attributes of Work and Expression
Section 3 – Recording Attributes of
Person, Family, and Corporate Body
Section 4 – Recording Attributes of
Concept, Object, Event, and Place
Recording
Relationships
Section 5 – Recording Primary
Relationships Between a Work, Expression, Manifestation, and Item
Section 6 – Recording Relationships to
Persons, Families, and Corporate Bodies
Associated with a Resource
Section 7 – Recording Subject
Relationships
Section 8 – Recording Relationships
Between Works, Expressions, Manifestations and Items
Section 9 – Recording Relationships
Between Persons, Families, and Corporate Bodies
Section 10 – Recording Relationships
Between Concepts, Objects, Events, and Places
Pada
setiap section terdapat panduan umum dan bab untuk masing-masing entitas. Bab
tersebut akan selalu berasosasi dengan prinsip user tasks dalam FRBR (to find, to identify, to select, to obtain).
Bab mengenai pencantuman atribut dan hubungan untuk entitas concept, object, event, dan place akan ditempatkan dalam rilis RDA
yang akan datang.
Untuk
sementara RDA tidak memuat instruksi untuk subject
heading (Entitas Grup 3 FRBR), namun tetap memberikan instruksi untuk
mendefinisikan hubungan entitas tersebut dengan entitas Group 1. Meskipun
demikian, RDA telah menyediakan bab khusus (section 4 dan 10) yang bisa
digunakan untuk entitas Grup 3 FRBR sebagai antisipasi pengembangan RDA lebih
lanjut.
Salah
satu elemen kunci dalam RDA adalah adanya pemisahan yang tegas dan jelas antara
pencantuman data dan presentasi data. Fokus utama RDA adalah menyediakan
panduan dan instruksi untuk pencantuman data untuk merefleksikan atribut atau
hubungan antar masing-masing entitas yang didefinisikan dalam FRBR.
Implementasi RDA di National Library of Australia
NLA bekerja sama dengan Australia Committe on Cataloguing dalam merumuskan strategi implementasi RDA secara nasional. Implementasi RDA di National Library of Australia dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasi dan mengantispasi faktor-faktor teknis maupun non-teknis yang dapat mempengaruhi proses pengimplementasian. Faktor-faktor tersebut antara lain, masalah budget (biaya akses RDA), analisis mengenai sistem perpustakaan saat ini dan rencana perubahan/upgrade/penggantian sistem perpustakaan, produktivitas dan workflow kerja yang mungkin terganggu pada proses transisi. Selain itu faktor manusia, dalam hal ini cataloguer, juga perlu diperhatikan khususnya di masa-masa transisi, yaitu dengan membuka akses komunikasi mengenai perkembangan up-to-date mengenai implementasi RDA serta membuka ruang konsultasi bagi cataloguer yang ingin mengetahui lebih banyak tentang RDA.
NLA bekerja sama dengan Australia Committe on Cataloguing dalam merumuskan strategi implementasi RDA secara nasional. Implementasi RDA di National Library of Australia dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasi dan mengantispasi faktor-faktor teknis maupun non-teknis yang dapat mempengaruhi proses pengimplementasian. Faktor-faktor tersebut antara lain, masalah budget (biaya akses RDA), analisis mengenai sistem perpustakaan saat ini dan rencana perubahan/upgrade/penggantian sistem perpustakaan, produktivitas dan workflow kerja yang mungkin terganggu pada proses transisi. Selain itu faktor manusia, dalam hal ini cataloguer, juga perlu diperhatikan khususnya di masa-masa transisi, yaitu dengan membuka akses komunikasi mengenai perkembangan up-to-date mengenai implementasi RDA serta membuka ruang konsultasi bagi cataloguer yang ingin mengetahui lebih banyak tentang RDA.
Tahap yang kedua
adalah memastikan perpustakaan memiliki akses ke RDA toolkit
(www.rdatoolkit.org). Akses ke RDA Toolkit sangat penting bagi perpustakaan
yang ingin mengimplementasikan RDA. Sebelum mulai berlangganan, perpustakaan
sebaiknya mempelajari terlebih dahulu licence
agreement dan jumlah staf yang secara rutin mengakses RDA. RDA Tookit juga diperlukan selama proses training
agar staf familiar dengan konsep, instruksi, dan terminologi yang digunakan
RDA.
Tahap yang ketiga
adalah melakukan perubahan sistem agar dapat mendukung katalog berbasis RDA
dalam hal pembuatan katalog, pertukaran data bibliografi, penelusuran dan display katalog RDA, termasuk
mengakomodasi penggunaan field baru pada MARC21. NLA juga melakukan upgrade
sistem agar compatible dengan record-record RDA, termasuk perubahan field-field
MARC yang diperlukan. Informasi mengenai field-field RDA dalam MARC21 dapat
dilihat pada http://www.loc.gov/marc/RDAinMARC.htm
Tahap Keempat NLA
membuat kebijakan pengatalogan misalnya pada instruksi-instruksi RDA yang
bersifat opsional, apakah instruksi tersebut akan dijadikan wajib atau tetap
opsional dalam kebijakan pengatalogan, core
elements (elemen data yang wajib ada).
Kebijakan pengatalogan RDA perlu didahulukan agar ketika
diimplementasikan cataloguer telah
memiliki panduan yang jelas. Kebijakan pengatalogan dapat di-update sesuai kebutuhan. NLA juga meng-update dokumen-dokumen teknis, seperti
prosedur pengatalogan untuk masing-masing unit koleksi.
Tahap yang kelima
adalah training. Durasi training yang diberikan kepada cataloguer mungkin akan berbeda dengan staff perpustakaan lainnya.
Training tambahan mungkin diperlukan bagi cataloguer
yang menangani jenis koleksi yang agak berbeda, seperti terbitan berseri, bahan
elektronik, dan lain sebagainya.
Penutup
Meskipun banyak perubahan signifikan
yang bisa kita temukan pada RDA, namun demikian RDA berdiri di atas beberapa
fondasi dasar yang termanifestasikan dalam struktur, konsep, dan istilah yang
digunakan. Fondasi tersebut, antara lain, FRBR adalah model konseptual yang
membangun struktur RDA, AACR menjadi basis untuk pengatalogan deskriptif,
International Cataloguing Principles (ICP) menjadi dasar bagi dokumen legal
RDA, dan beberapa standar lainnya. Pengatalogan menggunakan RDA sangat penting
dalam membangun sistem pengatalogan dan pencarian informasi di masa-masa
mendatang.
Sumber
Australian Committee on Cataloguing
Homepage. http://www.nla.gov.au/acoc/resource-description-and-access-rda-in-australia
(diakses tanggal 5 September 2015).
Huthwaite, Anne (2001). “AACR and its
place in the digital world: near-term solution and long-term direction”. http://www.loc.gov/catdir/bibcontrol/huthwaite_paper.html
(diakses tanggal 27 Agustus 2015).
Joint Steering Committee for RDA
Development. “RDA: Resource Description and Access Frequently Asked Questions”.
http://www.rda-jsc.org/archivedsite/rdafaq.html
(diakses tanggal 25 Agustus 2015).
Kiorgaard, Deirdre (2009). “Resource
Description and Access”. http://www.nla.gov.au/openpublish/index.php/nlasp/article/viewArticle/1420
(diakses tanggal 27 Agustus 2015).
Maxwell, Robert L. (2014). Maxwell's handbook for RDA : explaining and
illustrating RDA : resource description and access using MARC21. London :
Facet Publishing.
Miksa, Shawne D. (2007). Understanding Support of FRBR’s Four User
Tasks in MARC-Encoded Bibliographic Records. ASIS&T Bulletin
(August/September). https://www.asis.org/Bulletin/Aug-07/miksa.html
(diakses tanggal 5 September 2015).
National Library of Australia
Catalogue Page. http://catalogue.nla.gov.au/
(diakses tanggal 2 September 2015).
RDA Toolkit Homepage. http://www.rdatoolkit.org/ (diakses
tanggal 5 September 2015).
Resource Description and Access [RDA]
Blog. http://rda-id.blogspot.co.id/ (diakses tanggal 1 Agustus – 7 September
2015).
Tillet, Barbara (2004). What is FRBR? A conceptual model for
bibliographic universe. Washington, DC: Library of Congress Cataloguing
Distribution Service. http://www.loc.gov/cds/downloads/FRBR.PDF
(diakses tanggal 5 Agustus 2015).
No comments:
Post a Comment